Diskusi "Seni Peran dalam Randai" di Nan Tumpah Akhir Pekan


Diskusi "Seni Peran dalam Randai" di Nan Tumpah Akhir Pekan


Mengawali program kerja tahun 2019, Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) di Sumatera Barat meluncurkan sebuah program baru yaitu Nan Tumpah Akhir Pekan (NTAP), Minggu 13 Januari 2019, pukul 10.00 s/d 17.00 WIB di Nan Tumpah Arena, Korong Kasai, Nagari Kasang, Padangpariaman.

Program NTAP digagas sebagai wadah yang menjembatan silaturahmi antar personal maupun komunitas seni budaya untuk saling berdiskusi tentang pelbagai hal yang relevan dengan seni budaya; baik itu bedah karya, bedah buku, maupun kegiatan diskusi yang terkait dengan aktifitas seni budaya lainnya.

Selain diskusi, program ini juga mengakomodir kegiatan nonton bareng, baik itu film maupun seni pertunjukan, dengan maksud memberikan alternatif tontonan atau hiburan di akhir pekan kepada masyarakat Korong Kasai.


Manajer Produksi KSNT, Desi Fitriana, menerangkan, “Program ini terbuka untuk publik umum yang hendak membuat kegiatan maupun melaksanakan aktivitas seni budaya dalam bentuk diskusi, nonton bareng ataupun sekadar latihan. Kita mempersilakan kawan-kawan berkegiatan di Nan Tumpah Arena dengan memanfaatkan seluruh sarana dan prasarana yang tersedia Sekretariat KSNT secara gratis; dengan syarat memasukkan surat pengajuan kegiatan satu bulan sebelum pelaksanaan."

"Harapannya, NTAP nantinya bisa menjadi agenda rutin yang bisa mempertemukan lintas komunitas seni budaya dengan berbagai gagasan, sehingga itu bisa menjadi pembangun kompetensi SDM internal KSNT, khususnya, dan juga sebagai wadah silaturahmi jejaring antar komunitas di Sumatera Barat,” ujar perempuan yang akrab dipanggil Ecy ini.

Pada kesempatan penyelenggaraan NTAP yang pertama ini, KSNT merespon I.M.A.M (Integrated Movement of the Arts and Media) yang berinisiatif menghadirkan kelompok randai Saedar Siti untuk berdiskusi dengan KSNT perihal seni peran. I.M.A.M adalah sebuah basis kolektif lintas seni dan media kesenian yang berniat merawat keberlangsungan ekosistem seni dan budaya dengan harapan akan dapat menjangkau wilayah jejaring berkesenian secara lebih luas, serta ragam skena dan gerakan seni terintegrasi.


I.M.A.M diinisiasi oleh saya dan dikelola oleh Gibran Malik dan Rendy Tarigan. I.M.A.M merupakan suatu effort seni dengan maksud untuk membangun dan memberdayakan aktifitas serta wadah berkesenian, di mana keseluruhan kebutuhan konservasi  dan pengembangan seni dan budaya terakomodir di dalam satu basis kolektif yang dinamis,” tutur Rijal Tanmenan, inisiator I.M.A.M.

Sementara itu, kelompok randai Saedar Siti adalah kelompok randai asal Jorong Balubuih, Sungai Talang, Kecamatan Guguak Kabupaten Limopuluah Kota yang telah berusia lebih dari seratus tahun. Kelompok randai ini, konsisten secara turun temurun sampai lima generasi memainkan cerita yang menjadi nama kelompoknya tersebut, Saedar Siti.
Seni Peran dalam Randai

Dalam sesi pertama diskusi, interaksi terjadi antara anggota KSNT dan kelompok Saedar Siti. Masing-masing anggotanya bertukar sudut pandang soal pencarian karakter dalam pemeranan.
Yunisa Dwiranda dari KSNT memaparkan bagaimana pandangannya tentang seni peran di dalam pertunjukan randai. Menurutnya, masih ada beberapa aspek dasar dari seni peran yang belum diakomodir secara maksimal di dalam pertunjukan randai.

“Misalnya,” tutur Yunisa, “saya sering menyaksikan bahwasanya hal-hal dasar seni peran masih luput dari perhatian. Ekspresi, vokal, dan hal-hal dasar lainnya masih belum menjadi perhatian penting. Padahal, kalau melihat kebutuhan tontonan generasi hari ini, hal tersebut jika diperhatikan dengan lebih mendalam adalah salah satu aspek yang bisa menjadi daya tarik.”

Sebagai bahan diskusi lebih lanjut, dalam sesi kedua, masing-masing kelompok, baik Saedar Siti maupun Komunitas Seni Nan Tumpah, menampilkan potongan pertunjukan yang telah dipentaskan masing-masing kelompok.

Saedar Siti menampilkan potongan pertunjukan Saedar Siti dan KSNT menampilkan potongan pertunjukan Alam Takambang Jadi Batu garapan Mahatma Muhammad. Alam Takambang Jadi Batu adalah pertunjukan yang secara spirit dan aspek artistik banyak mengakomodir seni pertunjukan tradisi Minangkabau, salah satunya randai.

Dalam diskusi sesi kedua ini, anggota KSNT dan Saedar Siti banyak memcoba merespon tentang aspek-aspek seni peran yang hadir dari kedua potongan seni pertunjukan tersebut. Yanda, salah seorang anggota Saedar Siti, berpendapat gerak-gerak silat yang dieksplorasi anggota KSNT dalam pertunjukan masih belum terasa bertenaga dan kurang tegas. Sebaliknya ia merasa tidak memiliki totalitas dalam seni peran sebaik yang dibawakan oleh anggota KSNT.

Setelah berlangsung selama kurang lebih 7 (tujuh) jam, agenda hari itu ditutup dengan pernyataan dari Rendy Tarigan bahwa dalam kesempatan lain, kita (Saedar Siti dan Komunitas Seni Nan Tumpah) sebaiknya dipertemukan kembali dalam durasi pertemuan yang lebih panjang, sebab pembahasan ini sangat menarik dan butuh waktu yang cukup banyak.



“Selain NTAP, ada lima program lain yang telah disusun KSNT di tahun 2019, yaitu Penerimaan Anggota Baru dan Latihan Dasar, program empat bulanan Ke Rumah Nan Tumpah (KRNT), program tahunan Nan Tumpah Masuk Sekolah 2019 (NTMS #9), Produksi Pertunjukan Alam Takambang Jadi Batu #2, dan festival seni dua tahunan Pekan Nan Tumpah 2019 (PNT) . Untuk informasi lengkap terkait program Komunitas Seni Nan Tumpah, silakan kunjungi situs web resmi Komunitas Seni Nan Tumpah: www.nantumpah.org,” tutup Desi Fitriana.

Post a Comment

0 Comments