Kali Kedua Saedar Siti di Nan Tumpah Akhir Pekan: Membuhul Jejaring Komunitas Seni




Kali Kedua Saedar Siti di Nan Tumpah Akhir Pekan

Membuhul Jejaring Komunitas Seni


Oleh Rijal Tanmenan 
Ketua Menata Arts dan Inisiator I.M.A.M



SELANG DUA bulan berlalu setelah para muda-mudi pelaku seni randai berjumlah enam orang dari anggota remaja Kelompok Randai Saedar Siti asal Jorong Balubuih, Nagari Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limopuluah Koto, Propinsi Sumatera Barat, berkunjung dan berdiskusi serta berbagi pengalaman kreatif perihal seni peran, tepatnya pada peluncuran Program Kerja Komunitas Seni Nan Tumpah 2019: Nan Tumpah Akhir Pekan (NTAP) bertajuk “Mengulik Seni Peran dalam Randai” pada Minggu, 13 Januari 2019, pukul 10:00 s/d 17:00 WIB di Nan Tumpah Arena, Korong Kasai, Nagari Kasang, Padangpariaman, kini giliran para pelaku dari generasi yang lebih tua yang berkunjung dalam agenda yang sama.

Pada kunjungan kali ini, anggota perandai dari generasi yang lebih tua yang berjumlah enam orang dan satu orang remaja mendapat kesempatan berbagi tentang seni peran serta dasar-dasar Silek Balubuih, tepatnya pada Sabtu, 16 Maret 2019. Kegiatan yang dibagi dalam dua sesi ini, yaitu diskusi seni peran dalam randai dan pelatihan dasar-dasar Silek Balubuih, berlangsung dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 18.30 WIB.



Diskusi dan Pelatihan

PADA PUKUL 11.00 WIB, setelah perkenalan dan cengkrama singkat antara para pelaku randai dari Saedar Siti dan anggota Komunitas Seni Nan Tumpah, agenda hari itu dimulai dengan menonton video salah satu produksi Komunitas Seni Nan Tumpah, Nilam binti Malin, naskah Karta Kusumah, sutradara Mahatma Muhammad. Video pertunjukan ini dipilih oleh Syukri Ananda, penanggung jawab program Nan Tumpah Akhir Pekan, karena pertunjukan ini di dalam penggarapannya mengakomodir randai sebagai basis dramaturginya, sehingga nanti dari sana bisa membuka kemungkinan diskusi lebih lanjut terkait seni peran dalam randai.



Setelah pemutaran video selesai, diskusi lepas terkait dengan seni peran di dalam randai pun dimulai. Mahatma Muhammad, direktur sekaligus sutradara Komunitas Seni Nan Tumpah, membuka diskusi dengan pernyataan bahwa, pada penerapannya, seni peran yang dibutuhkan dalam pertunjukan yang baru saja ditonton dengan seni peran yang dibutuhkan Saedar Siti adalah bentuk seni peran yang berbeda, hanya saja kemungkinan untuk mengolaborasikan keduanya bukan tidak mungkin Untuk memperkenalkan seni tradisi pada generasi kini, salah satunya adalah randai, namun dengan beragamnya jenis tontonan yang bisa didapatkan secara mudah dan instan, kita perlu menyesuaikan dengan kondisi terkini, bahwa karya seni dapat disikapi dengan selera zaman dan generasi saat ini.



Pernyataan Mahatma ada benarnya jika melihat bahwa randai, terutama yang dilakoni oleh Kelompok Randai Saedar Siti, masih belum banyak mengakomodir elemen-elemen seni peran yang dibutuhkan dalam sajian tontonan generasi hari ini. Menata Arts berniat untuk membawa Saedar Siti ke pada publik penonton yang lebih luas, di luar dari wilayah Kabupaten Limopuluah Kota, bahkan di luar Sumatera Barat. Hal itu tentu saja memerlukan beberapa penyesuaian agar pertunjukan ini bisa berterima dengan masyarakat penontonnya. Oleh sebab itu pula mengapa saling bertukar gagasan pada kesempatan kali ini menjadi penting. Untuk melihat bagaimana kawan-kawan dari Komunitas Seni Nan Tumpah yang hidup di masa kini melihat randai dan begitu sebaliknya, untuk melihat bagaimana para pelaku randai dari generasi tua membaca kebutuhan generasi hari ini terhadap tontonan.

Pada kunjungan kali ini ada hal yang sangat menarik daripada kunjungan sebelumnya. Di mana lokakarya lebih menitik beratkan pada sejauh mana mendalami seni peran dalam randai, mengenal lebih perihal seni pertunjukan, mengupas sekilas perihal silek (terutama silek Balubuih) yang menjadi dasar gerak seni tari dalam randai, serta memahami kesenian itu dinamis. Diskusi berlangsung dengan berfokus kepada dua hal tersebut dan usai pada pukul 16.00 WIB. Selanjutnya kegiatan disambung dengan pelatihan dasar-dasar gerak Silek Balubuih. Kegiatan ini diajukan oleh Mahatma Muhammad sebagai pemberian dasar-dasar silek kepada anggota Komunitas Seni Nan Tumpah yang nantinya juga akan digunakan sebagai dasar eksplorasi dalam penciptaan pertunjukan teater garapannya. Pada pukul 18.30 ditutup dengan balanjuang (makan bersama) seluruh anggota kelompok randai Saedar Siti dan anggota Komunitas Seni Nan Tumpah yang hadir, sebelum perandai generasi yang lebih tua dari Saedar Siti bertolak kembali ke Balubuih, Limapuluah Koto.



Jejaring Silaturahmi 

SELAIN SEBAGAI momen penyambung silaturahmi, gagasan terhadap kedua kunjungan Kelompok Randai Saedar Siti ke NTAP yang diinisiasi oleh Menata Arts dan didukung oleh Integrated Movement of the Arts and Media (I.M.A.M) tersebut merupakan realisasi salah satu program Menata Arts, yaitu Jejaring Seni: Silaturahmi Komunitas. Hal itu menjadi implementasi Menata Arts yang percaya bahwa semangat kolektif dalam menyikapi dinamika perubahan dengan mengajak masyarakat mencipta suasana suka cita lewat momen tatap muka secara langsung adalah kunci kegembiraan, inspirasi, motivasi yang membantu tumbuh kembang seni budaya. Menata Arts merupakan wadah seni independen yang berkonsentrasi pada kegiatan pemberdayaan (empowerment), pembelajaran (education), pengelolaan (management), penciptaan (production), serta pengembangan (development) potensi seni budaya masyarakat dan pelaku konten kreatifitas berbasis kearifan lokal serta kontemporer. Sekaligus sebagai suatu effort dan basis seni yang dinamis dan kolektif antar lintas seni (ragam skena) dan media kesenian. Berniat untuk membangun, menjembatani, dan memberdayakan aktifitas dan wadah berkesenian, serta mengelola dan mengembangkan kebutuhan percepatan konservasi seni budaya dengan maksud merawat keberlangsungan ekosistem seni budaya bangsa.



Pada kesempatan kunjungan pertama dan kedua di NTAP tersebut tercipta suasana menggugah daya kreasi serta membangkitkan animo dan antusias untuk mengetahui lebih lanjut apa seni peran itu. Mengingat pesan dan kesan pak Mushardi yang akrab disapa pak Bolang, tuo randai Saedar Siti, “Saya merasa tambah dunsanak dan mendapat pemahaman baru tentang seni peran dalam randai, semoga ada kesempatan lagi seperti ini.” Menata Arts percaya bahwa pembangunan jejaring antar komunitas dan silaturahmi seperti ini sangat diperlukan.



Saat ini, Kelompok Randai Saedar Siti merupakan generasi termutakhir yang masih aktif sebagai generasi kelima yang memang setia mengisahkan cerita Saedar Siti yang telah berusia lebih dari seratus tahun itu. Sebuah rentang waktu panjang yang menghubungkan terbentuknya kesatuan komunikasi antar seniman. Pada praktiknya terjalin relasi lintas generasi yang mempertautkan ragam usia sekaligus menjadi wujud upaya menyambung keberlangsungan mata rantai kesenian.

Di samping seni pertunjukan randai sebagai tontonan, selain itu juga sebagai tuntunan karena pengajaran adalah maknanya. Dengan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal serta menampilkan kemampuan para remaja dalam berolah kepandaian tutur lisan sebagai bentuk lain dari upaya mengembangkan nalar budaya yang lahir dari surau. Implementasi nilai ajaran agama dan falsafah budaya Minangkabau melalui inovasi seni atas kumpulan gerak yang bermakna dari silek. Serta penyampaian pesan yang dilantunkan melalui irama lagu maupun dendang suara (gurindam). Integritas artistik yang usali (authentic) pada kedalaman seni randai dalam hal ini Saedar Siti, dengan ragam unsur estetika atas kontribusi aspek seni lain (seni gerak, silek, andai/sastra, seni peran, serta musik), merupakan bentuk sebuah karya seni kreatif.

Selain kunjungan dan lokakarya Saedar Siti ke NTAP, Menata Arts juga akan memproduksi sebuah panggung seni randai Saedar Siti berdurasi sembilan puluh menit dalam Pentas Silaturahmi, Sabtu 23 Maret 2019, pukul 20:00 s/d 21:30 WIB, di Rumah Gadang bu Sani, Koto Nan Ampek, Kelurahan Padang Tinggi, Kecamatan Payakumbuh Barat. Pentas Silaturahmi ini merupakan wujud dan hasil lokakarya atas upaya pembelajaran dari dua kali kunjungan Saedar Siti ke NTAP.

Bagi kami, hal ini tentu menimbulkan percikan harapan semoga pementasan ini dapat mewarnai perkembangan seni pertunjukan berbasis tradisi sekarang di Indonesia saat ini. Karena sebuah karya adalah salah satu pencapaian dan ajang interaksi secara langsung antara seniman dengan masyarakat yang lebih luas untuk dapat bercermin dan kembali menciptakan karya yang lebih baik serta tentunya bermanfaat bagi khalayak (umum).

Selanjutnya, penampilan Kelompok Randai Saedar Siti melalui Program KSNT: Ke Rumah Nan Tumpah yang akan melangsungkan pementasan, Sabtu 06 April 2019, pukul 20:00 s/d 21:30 WIB, di Nan Tumpah Arena, Korong Kasai, Nagari Kasang, Padangpariaman, diharapkan hadir ke publik sebagai karya seni yang semakin baik. []



Catatan: Tulisan ini pernah dimuat di Haluan, Minggu, 24 Maret 2019, halaman 3.

Post a Comment

0 Comments