Ke Rumah Nan Tumpah 2019: Adaptasi Saedar Siti di Lintas Generasi




Ke Rumah Nan Tumpah 2019:

Adaptasi Saedar Siti di Lintas Generasi

Oleh Srikandi Putri




PADA 6 APRIL 2019, Kelompok Randai Saedar Siti melangsungkan pertunjukan randai dengan judul Saedar Siti di Nan Tumpah Arena, Sekretariat Komunitas Seni Nan Tumpah. Pertunjukan itu digelar atas kerjasama Kelompok Randai Saedar Siti, Menata Arts, I.M.A.M, dan Komunitas Seni Nan Tumpah, dalam salah satu program Komunitas Seni Nan Tumpah, Ke Rumah Nan Tumpah. Pertunjukan randai berdurasi 70 menit itu diarahkan oleh Rijal Tanmenan, selaku direktur artistik.

Kelompok Randai Saedar Siti merupakan kelompok randai yang berasal dari jorong Balubuih, nagari Sungai Talang, kecamatan Guguak, kabupaten Limopuluah Koto, yang setia memainkan pertunjukan dengan judul yang sama, Saedar Siti, sejak tahun 1880-an. Rijal Tanmenan menerangkan, “Kelompok randai Saedar Siti saat ini sudah sampai ke generasi kelima dari generasi pertama yang ada pada sekitar 1880. Pertunjukan yang baru saja berlangsung dimainkan oleh generasi ketiga sampai kelima, namun lebih didominasi oleh generasi kelima.”

Rentang waktu yang panjang dari generasi pertama sampai dengan generasi kelima, perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, dan kecenderungan berbeda dalam cara menikmati tontonan, membuat ada beberapa adaptasi yang dilakukan dalam mewujudkan pertunjukan ini.



Lebih lanjut, Rijal Tanmenan menjelaskan, “Yang pertama kali dilakukan adalah penyesuaian durasi pertunjukan. Pertunjukan randai Saedar Siti, aslinya, berdurasi lebih panjang dari pertunjukan yang sekarang. Bahkan bisa sampai dilangsungkan bermalam-malam. Untuk kondisi saat ini, sangat sulit menahan penonton untuk menyaksikan pertunjukan sampai selama itu. Sebab itu, penyesuaian durasi pertunjukan menjadi kurang lebih satu jam menjadi perlu dilakukan.”

Selain durasi pertunjukan, hal lain yang disesuaikan adalah dari aspek pemanggungan dan artistik. Pola panggung yang digarap dalam pertunjukan ini memanfaatkan pola panggung semi-prosenium. “Penyesuaian bentuk panggung sebenarnya lebih karena menyesuaikan dengan bentuk area lapangan yang dimiliki Komunitas Seni Nan Tumpah.”

Dari elemen artistik pertunjukan, Rijal Tanmenan lebih mengutamakan untuk menggunakan elemen lokal jorong Balubuih, atau Kabupaten Limopuluah Koto. Landasan gerak yang dipakai dalam pertunjukan adalah gerak-gerak silek yang hidup di Jorong Balubuih, yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan koreografi. Dendang-dendang yang digunakan dalam pertunjukan juga merupakan dendang-dendang khas Limopuluah Koto, seperti dendang Sijobang yang dibagi ke dalam dua bagian yaitu dendang Concang dan dendang Sijobang biasa, dendang Suaian, dendang Indang Payokumbuah, dan dendang Muaro Peti. Selain itu juga ada irama Sirompak Taeh.

“Kalau untuk musik, selain musik yang dihasilkan dari tubuh pemain, seperti tepuk tangan dan tepuk galembong, ada juga musik yang menggunakan ensemble musik perkusi etnis Minangkabau, yaitu tiga pasang talempong pacik dan gendang. Juga ada rekaman musik latar yang difungsikan sebagai pengisi suasana. Musik latar itu digarap menggunakan alat-alat musik etnik Minangkabau, seperti talempong, yang dipakai dengan cara yang tidak sebagaimana lazimnya. Selain itu juga menggunakan berbagai bekas industri rumah tangga dan industri plastik yang diramu sedemikan rupa,” tutur Rijal Tanmenan.



Keunikan lain yang ada di pertunjukan Saedar Siti adalah tidak adanya pembagian antara pemusik dan pemain. Beberapa pemain juga bertindak sebagai pemusik. Pendendang dan pemain talempong dan gendang adalah orang yang juga mempunyai peran tokoh di dalam pertunjukan. Kecuali musik latar yang dibunyikan atau dimainkan secara playback oleh soundman melalui soundsystem.

Selain pertunjukan yang dilangsungkan di Nan Tumpah Arena, Sekretariat Komunitas Seni Nan Tumpah, dalam tiga tahun belakangan, Saedar Siti juga pernah tampil dalam berbagai agenda dan kesempatan di antaranya, Pameran Seni Rupa TAMBO “Sandi 2” melalui Video dokumentasi yang diproduksi oleh Tanmenan Merekam; Lomba Randai dalam acara memperingati Hari Pahlawan di RRI Bukitinggi yang meraih juara Harapan I; pergelaran apresiasi seni Taman Budaya Sumatera Barat di Kota Padang; pementasan Konser Tunggal “Saedar Siti” di Taman Budaya Sumatera Barat di Kota Padang; Pekan Budaya Kabupaten Lima Puluh Kota, di Tanjung Pati; AIREF (Andalas International Relation Fair) di Selasar Istano Basa Pagaruyuang, Tanah Datar, Batusangkar; Pasa Harau Festival di Harau; Sambilan Pucuak Arts Festival di Nagari Sungai Talang, Limopuluah Koto; Payokumbuah Literary Festival di Padang Tongah, Payakumbuh; dan Pentas Silaturahim Saedar Siti di Padang Tinggi, Payakumbuh.



Ke Rumah Nan Tumpah

PERTUNJUKAN RANDAI Saedar Siti yang digelar di Nan Tumpah Arena, sekretariat Komunitas Seni Nan Tumpah, mendapat apresiasi yang cukup baik dari penonton. Baik dari masyarakat sekitar Korong Kasai, tempat sekretariat Komunitas Seni Nan Tumpah berada, maupun dari penikmat dan pegiat seni yang datang dari Padang. Hal itu tampak dari penuhnya ruang penonton yang disediakan dan ada beberapa penonton yang terpaksa memilih untuk berada di sekitar area pertunjukan meskipun pertunjukan sebenarnya sudah disiapkan untuk disaksikan dari satu sudut pandang penonton. Selain itu, ketika terjadi kendala teknis; listrik yang berasal dari genset padam, para penonton yang tersebar di sekitar area pertunjukan, secara reflek menyalakan senter dari ponselnya masing-masing. Hal itu turut membantu penerangan area pertunjukan sementara kendala teknis diatasi oleh panitia.

Apreasiasi yang menarik juga terlihat dari banyaknya anak-anak dan remaja dari sekitar Korong Kasai yang turut antusias menyaksikan pertunjukan ini dan bahkan sudah banyak yang hadir di lokasi pementasan beberapa jam sebelum pertunjukan.

Koordinator Lapangan Ke Rumah Nan Tumpah, Syukri Ananda, juga menambahkan, “Melihat anak-anak Korong Kasai yang begitu antusias menunggu pertunjukan ini, kami semakin bersemangat. Di antara anak-anak tersebut, bahkan ada semenjak H-2 kegiatan turut serta membantu menyiapkan kebutuhan pertunjukan, termasuk area lapangan. Mengingat bahwa program ini digagas untuk menciptakan alternatif kegiatan dan tontonan bagi warga Korong Kasai, antusiasme mereka turut menggembirakan bagi kami. Selain itu, harapannya, kegiatan-kegiatan seperti ini, di kemudian hari bisa “diwariskan” kepada anak-anak tersebut.”



Seusai pertunjukan, sekitar pukul 23.00 WIB, beberapa orang mahasiswa Universitas Bung Hatta yang tergabung dalam Unit Kegiatan Seni (UKM) Proklamator mengajukan permintaan diskusi kepada Kelompok Randai Saedar Siti. Diskusi yang berlangsung sekira 90 menit tersebut diadakan untuk menggali lebih dalam terkait pertunjukan Saedar Siti; dari segi proses kreatif pertunjukan dan elemen artistiknya.

Manajer Produksi Komunitas Seni Nan Tumpah, menjelaskan, “Program Ke Rumah Nan Tumpah digagas pada tahun 2017 untuk mengakomodir keinginan anggota Komunitas Seni Nan Tumpah yang berniat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk warga sekitar sekretariat. Komunitas Seni Nan Tumpah telah menghuni sekretariat yang sekarang sejak pertengahan tahun 2016, namun karena pada saat itu program tahunan sudah berjalan, niat tersebut ditunda sampai dengan penyusun program tahun 2017.”

Hingga saat ini, program Ke Rumah Nan Tumpah sudah diselenggarakan sebanyak lima kali, pada tahun 2017 sebanyak satu kali, pada tahun 2018 sebanyak tiga kali, dan terakhir pementasan Saedar Siti yang merupakan penyelenggaraan Ke Rumah Nan Tumpah perdana pada tahun ini. Selanjutnya, Ke Rumah Nan Tumpah masih akan diselenggarakan sebanyak dua kali lagi, yaitu pada bulan Agustus 2019 dengan agenda pelatihan menggambar dan pemutaran film untuk anak oleh Gang Arang dan SPF Indonesia, serta pada bulan Desember 2019 dengan agenda produksi teater anak yang disutradarai oleh Emilia Dwi Cahya. []



Srikandi Putri, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang, dan Manajer Dokumentasi Komunitas Seni Nan Tumpah.

---

Pernah dipublikasikan di Harian Haluan, Minggu, 14 April 2019.

---

Silakan unduh versi pdf di sini: Adaptasi Saedar Siti di Lintas Generasi

Post a Comment

0 Comments