Malam Terakhir Pekan Nan Tumpah 2019:
KSNT Sajikan Konser Musik-Puisi
Tenku Raja Ganesha, komposer pertunjukan ini, menerangkan, “Pertunjukan Sebait Malam Minggu dan Gadis Berpusaka Kesumat berusaha mengedepankan agar tafsir puisi bisa sampai kepada penonton, sehingga komposisi musik yang hadir tetap diselaraskan dengan puisi sebagai pijakan awal, sehingga keduanya—puisi sebagai pijakan awal dan musik sebagai media yang dipilih—muncul sebagai sebuah kesatuan. Tidak saling menutupi satu sama lain.”
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa ada pun puisi-puisi di dalam pertunjukan Sebait Malam Minggu dan Gadis Berpusaka Kesumat saya pilih mengacu kepada tema yang diusung dalam Pekan Nan Tumpah 2019 dan berdasarkan penilaian subjektif dari saya selaku kreator utama. Komposer sebagai kreator utama dalam pertunjukan Sebait Malam Minggu dan Gadis Berpusaka Kesumat melihat peluang dari puisi-puisi yang dipilih untuk dialih-wahanakan ke dalam pertunjukan musik berdasarkan rima, bunyi, diksi, dan gaya bahasa yang dipilih dalam puisi-puisi tersebut.
Pertunjukan Sebait Malam Minggu dan Gadis Berpusaka Kesumat akan didukung oleh Tenku Raja Ganesha (Komposer dan Pemain Gitar), Desi Fitriana (Penyanyi), Razi Rahman (Pemain Gitar dan Bas), Karta Kusumah (Pemain Perkusi I), Syukri Ananda (Pemain Perkusi II), dan Dedi Kurnia (Pemain Violin).
Geometri oleh Payung Sumatera Dance Theater
Malam sebelumnya, Payung Sumatera Dance Theater telah menampilkan pertunjukan tari yang berjudul Geometri. “Pertunjukan tari ini,” tutur Venny Rosalina, yang juga bertindak selaku koreografer, “terinspirasi dari esensi kebenaran yang dipilih sendiri oleh manusia. Dalam pencarian kebenaran, sepanjang hidupnya individu dihadapkan pada pertentangan antara rasio dan intuisi. Di satu sisi, individu memakai rasio untuk menyerap realitas dan mempersepsikannya sebagai sebuah kebenaran. Di sisi lain, realitas individu berbenturan dengan nilai-nilai intuitif yang ditanamkan secara normatif sebagai sebuah kebenaran yang tidak bisa dirasionalisasikan.”
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa berangkat dari fenomena tersebut, Geometri menyoroti kegelisahan individu dalam menemukan esensi kebenaran—baik itu kebenaran yang terukur maupun tidak terukur. Pemilihan tajuk Geometri dalam pementasan tari ini dipilih sebagai simbol dari rasionalitas individu menghadapi nilai-nilai normatif yang bersifat intuitif. []
0 Comments