LDKSNT 2019: Tiga Hari Pertama untuk Hari-hari Selanjutnya




Latihan Dasar Komunitas Seni Nan Tumpah 2019:
Tiga Hari Pertama untuk Hari-hari Selanjutnya

Oleh Laila Marni 




Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) usai menggelar acara Latihan Dasar Komunitas Seni Nan Tumpah 2019 bagi calon anggota dan anggota KSNT yang bertempat di Nan Tumpah Arena, Sekretariat Komunitas Seni Nan Tumpah, pada Jumat (26/1) hingga Minggu (28/1) lalu.

Ketua Latihan Dasar Komunitas Seni Nan Tumpah (LDKSNT), Syukri Ananda, mengatakan bahwa latihan dasar ini adalah bagian dari agenda Penerimaan Anggota Baru yang diselenggarakan sejak 7 Januari 2019. Setelah melewati dua tahap seleksi, yaitu tahap seleksi administrasi dan tahap seleksi wawancara, para pendaftar yang lolos diberikan kesempatan untuk mengikuti latihan dasar.

“LDKSNT tahun ini diselenggarakan bukan hanya untuk para pendaftar yang lolos seleksi, namun juga untuk anggota yang sudah tergabung di KSNT. Sebab itu, panitia juga menghadirkan pemateri yang bukan bagian dari pengurus atau anggota KSNT, di antaranya Ali Sukri untuk materi koreografi, Rijal Tanmenan untuk materi ilustrasi musik, Ijul “Streettog” untuk materi seni media, Agung “Modjo” Atmaja untuk materi ilustrasi, Muhammad Ikhwan untuk materi manajemen produksi, Kurniadi Ilham untuk materi digital marketing, dan Astari Ayuni untuk materi tata busana.”

Lebih lanjut, ketua panitia yang juga menjabat sebagai Manajer Kerumahtanggaan KSNT ini juga menerangkan bahwa hal itu dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada anggota maupun calon anggota untuk mendapatkan pengetahuan dan berdiskusi kepada orang-orang lain yang memang berkompeten di bidangnya masing-masing.



Hari Pertama
LDKSNT hari pertama dibuka dengan pengenalan tentang Komunitas Seni Nan Tumpah secara umum pada Jumat, (26/1), pukul 15.00 WIB. Karta Kusumah, sekretaris KSNT, bersama Mahatma Muhammad, direktur KSNT, menceritakan sejarah awal berdirinya KSNT dan beragam hal yang telah dilalui KSNT hingga saat ini memasuki usia kesembilan tahun.

“Komunitas ini bertahan hingga sembilan tahun karena keberadaan orang-orang yang hadir di dalamnya. Bukan hanya komunitas ini yang memberikan pengembangan diri bagi mereka, namun mereka juga turut punya andil terhadap perkembangan yang ada di tubuh komunitas ini. Keberagaman latar belakang masing-masing orang tersebutlah yang turut memperkaya kita,” tutur Mahatma pada salah satu kesempatan di pengenalan tersebut.

Agenda pengenalan tersebut juga termasuk pengenalan pengurus KSNT, anggota KSNT, portofolio KSNT, program KSNT tahun 2019, dan juga fasilitas apa saja yang ada di KSNT yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan para anggota. Pengenalan KSNT selesai menjelang azan Maghrib.

Setelah dijeda istirahat selama satu jam, agenda dilanjutkan dengan Pelatihan Menulis Cerpen bersama Karta Kusumah. Selain sebagai sekretaris KSNT, Karta Kusumah dikenal sebagai penulis cerita pendek, penulis naskah drama, dan penata panggung KSNT. Cerpen-cerpen Karta Kusumah telah dipublikasikan di pelbagai media cetak dan juga termaktub dalam buku Panduan Membunuh Masa Lalu. Naskah-naskah dramanya telah dipentaskan oleh KSNT di pelbagai kota di Indonesia rentang tahun 2014-2019.

Dalam kesempatan kali ini, Karta lebih banyak memaparkan tentang hal dasar yaitu tentang bagaimana menciptakan ide untuk kebutuhan menulis cerita pendek. Karta mengatakan bahwa ide tidak dicari, akan tetapi diciptakan. Ada tiga cara yang sering dilakukannya untuk menciptakan ide. Pertama, dengan melontarkan pertanyaan dan menjawabnya dengan menggunakan imajinasi dan membiarkan imajinasi bekerja tanpa kukungan apapun. Pertanyaan “Bagaimana jika...” dan menjawabnya dengan “maka...”. Semakin banyak pertanyaan dan pertanyaan di dapatkan, semakin terbuka kemungkinan ide bisa tercipta. Kedua, dengan menonton beberapa video daftar-daftar hal aneh atau lucu yang berserakan di YouTube dan kemudian mengimajinasikan kemungkinan poin selanjutnya dari daftar yang telah ada. Misalnya, jika video itu menampilkan Lima Kesalahan Ukur Paling Bodoh di Dunia, peserta diminta untuk membayangkan kemungkinan salah ukur keenam yang akan mengesankan itu kesalahan yang bodoh. Ketiga, adalah dengan menstimulasi imajinasi dengan menggunakan audio latar atau ambience. Peserta diminta membayangkan mereka sedang berada di mana dan apa yang mereka lakukan sesuai dengan audio yang diputar oleh Karta. 



Tak hanya pelatihan cerpen, di hari yang sama juga dilaksanakan pelatihan penyutradaraan yang langsung disampaikan oleh direktur sekaligus sutradara KSNT, Mahatma Muhammad. Mahatma telah menyutradarai puluhan pertunjukan teater yang dipentaskan di berbagai kota di Indonesia. Mahatma mengatakan bahwa sutradara adalah orang yang memiliki peran penting dalam pertunjukan teater. Seorang sutradara harus bisa mengarahkan aktornya, memberi solusi setiap masalah yang terjadi dan paham dengan karakter aktornya.

“Suksesnya sebuah pertunjukan teater terletak pada sikap saling memahami antara pemeran dan sutradaranya,” jelas Mahatma. Pada pelatihan tersebut Mahatma langsung mengarahkan peserta untuk langsung praktek, tak sekadar teori belaka. Malam itu peserta dibagi kepada tiga kelompok yang masing-masing diminta untuk menggarap pertunjukan singkat dengan menjadikan cerita Malin Kundang sebagai bahan. Cerita Malin Kundang merupakan cerita yang sudah sangat populer dan sudah demikian banyak pertunjukan yang digarap berdasarkan cerita tersebut sehingga diharapkan peserta mampu menguji kreatifitasnya masing-masing untuk menghadirkan pertunjukan tentang Malin Kundang dengan lebih baru.

Di akhir pelatihan, masing-masing kelompok dipersilakan untuk menampilkan hasil garapan mereka dan kemudian mempresentasikan landasan konsep mereka untuk melihat sejauh mana konsep dasar dari penggarap bisa mewujud di dalam pertunjukan. Tiga pertunjukan tersebut masing-masing disutradarai oleh anggota KSNT yang pernah menjadi sutradara dalam penggarapan pertunjukan. Malin Jambu disutradarai oleh Ivan Harley, Malinku disutradarai oleh Fajri Chaniago dan 2M disutradarai oleh Tenku Raja Ganesha.



Hari Kedua

Agenda pada hari kedua lebih padat daripada hari pertama. Pada hari kedua, latihan dasar dimulai pada pukul 5.30 WIB dengan materi Dasar-dasar Keaktoran bersama Tenku Raja, Ismail Idola, dan Fajry Chaniago.

Pelatihan dasar-dasar keaktoran yang diberikan pada pagi itu adalah pelatihan olah tubuh, pelatihan olah vokal, dan pelatihan olah rasa. Salah seorang pemateri, Tenku Raja, mengatakan bahwa selain untuk pemanasan sebelum memulai materi sepanjang hari, pelatihan ini juga dimaksudkan untuk memberikan pemahaman teknik-teknik dasar keaktoran; bagaimana aktor memahami tubuhnya sebab aktor bekerja dengan tubuhnya.

Setelah selesai pada pukul 7.30 WIB dan dijeda istirahat sarapan sejenak, latihan segera dilanjutkan dengan Pelatihan Musik Ilustrasi bersama Rijal Tanmenan. Rijal Tanmenan merupakan musisi Indonesia yang memiliki perhatian lebih terhadap ragam musik etnik nusantara dan dunia. Pernah mendalami belajar teori dan praktek musik Bali atas bimbingan I Wayan Senen (2002-2008). Menyadari minat musiknya terutama pada perkusi, lalu ia mulai bermain serta mendalami belajar djembe pada Mamady Keita (master djembefola dari Guinea - Afrika Barat) dalam Mamady Keita's Mini-Guinea Camp Asia di Singapura (2010). 



Dalam pemaparannya Rijal mengatakan bahwa musik ilustrasi merupakan komponen penting dalam pertunjukan. “Dengan adanya musik ilustrasi, suasana pertunjukan akan terbantu. Selain itu juga berperan membangun latar tempat, suasana, dinamika pertunjukan, dan emosi aktor,” ungkapnya. Lebih lanjut ia juga memaparkan dengan lebih detail beberapa hal yang mendasar dalam penciptaan musik ilustrasi, di antaranya: mulai dari penciptaan konsep yang disesuaikan dengan konsep sutradara hingga eksekusi terhadap alat musik apa saja yang digunakan, dll. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa pertunjukan yang melibatkan seni konseptual merupakan tindakan intelektual yang diharapkan mampu menyentuh dan menggugah penontonnya.

Di akhir sesi, peserta diberikan kesempatan untuk memainkan dan mengeksplorasi berbagai alat musik yang secara langsung dibawa oleh Rijal di antaranya, talempong, gendang, bahkan biji salak dalam jumlah banyak yang mampu menghasilkan bunyi, serta berbagai alat musik lainnya.

Selesai materi Pelatihan Musik Ilustrasi pada pukul 14.00 WIB, kegiatan dilanjutkan dengan Pelatihan Koreografi bersama Ali Sukri. Ali Sukri adalah koreografer asal Pariaman yang telah melanglang buana dalam kancah Internasional yang mendirikan Sukri Dance Theater. Pada sebagian besar garapannya, Ali Sukri kerap menggabungkan estetika tari dan teater serta menghadirkan peristiwa dramatik dari gejolak sosial yang ada di sekitar lingkungan kehidupannya.

 

Di sesi pertama, Ali memaparkan elemen-elemen dasar gerak, seperti gerak datar, horizontal, kontras, murni, lengkung, spiral, medium, terlukis, garis tertunda, stabs, vertikal, rendah, bersudut, dan garis lanjut, dan kemudian memberikan contoh masing-masing gerak yang dimaksud. Katanya, semua penciptaan gerak yang sekompleks apapun, berawal dari gerak-gerak dasar tersebut.

Selain itu, Ali menyampaikan bahwa penciptaan gerak bisa bersumber dari apapun. Baginya, lingkungan sekitar dan apa yang ada di dalamnya adalah sumber penciptaan yang tak akan pernah habis. Misalnya, Ali kemudian mengajak para peserta untuk menuju ke halaman berumput dan meminta peserta memperhatikan pohon Putri Malu. Ali meminta kepada peserta untuk memperhatikan sedetail-detailnya segala yang ada di tubuh Putri Malu dan kemudian mengaplikasikan hasil observasi tersebut ke dalam penciptaan gerak sederhana.

Materi Pelatihan Koreografi bersama Ali Sukri berakhir pada pukul 18.00 WIB. Peserta latihan dasar kemudian diberikan kesempatan untuk beristirahat hingga pukul 19.30 WIB.

Pada pukul 20.00 WIB, agenda kembali dilanjutkan. Pelatihan yang diberikan pada sesi malam hari ini berturut-turut adalah Pelatihan Visual Storytelling bersama Ijul “Streettog”, seorang pegiat fotografi jalanan dan penggagas Street Photo Festival Indonesia; Pelatihan Seni Ilustrasi bersama Agung “Modjo” Atmaja seorang muralis dan ilustrator; Pelatihan Manajemen Produksi bersama Yunisa Dwiranda, alumni Hubungan Internasional FISIP Universitas Andalas dan Muhammad Ikhwan lulusan Manajemen Informatika Universitas Gunadarma. Serta Pelatihan Digital Marketing bersama Kurniadi Ilham, seorang Growth Hacker di Kira Creative dan Idea Consulting dan fasilitator Google Gapura Digital.

Agenda hari kedua selesai pada pukul 23.40 WIB.


Hari Ketiga

Seperti pada hari kedua, hari terakhir LDKSNT 2019 juga diawali dengan latihan dasar-dasar keaktoran pada pukul 05.30 WIB. Ismail Idola dan Halvika Padma didaulat menjadi pemateri pada kesempatan pagi itu. Materi yang diberikan oleh Ismail Idola dan Halvika Padma difokuskan kepada materi grouping, blocking, movement, dan komposisi panggung.

Pada pukul 08.00 WIB, kegiatan dilanjutkan dengan dua materi yang tersisa, yaitu Pelatihan Tata Rias bersama Astari Ayuni, seorang make up artist dan mahasiswa pascasarjana Pendidikan Seni Budaya Universitas Negeri Padang yang telah beberapa kali menjadi tih ahli tata rias pertunjukan KSNT dan Pelatihan Tata Busana bersama Desi Fitriana, mantan Manajer Tata Busana KSNT yang kini menjabat sebagai Bendahara KSNT yang juga telah beberapa kali menjadi penata busana pertunjukan KSNT. 



Pelatihan bersama Astari Ayuni dan Desi Fitriana berakhir pada pukul 11.00 WIB.

Yang menjadi fokus di agenda pelatihan hari terakhir ini adalah penerapan seluruh materi yang telah diberikan ke dalam sebuah pertunjukan.

Syukri Ananda menuturkan, “Di awal pertemuan LDKSNT, peserta telah dibagi dalam dua kelompok yang diproyeksikan untuk menggarap sebuah pertunjukan kecil yang akan dipentaskan pada akhir sesi seluruh agenda LDKSNT. Hal ini dilakukan agar sejak awal peserta sudah mulai merancang gagasan dan konsep pertunjukan dari materi-materi yang sudah diberikan.”

Pada pukul 21.00 WIB, kelompok pertama memulai pertunjukan yang berjudul “Sampah, Next”. Pertunjukan ini menyoroti kecenderungan banyaknya video-video yang bertebaran di Youtube, yang bagi mereka tidak memberikan dampak positif, tapi digemari. Hal itu terlihat bahwa video-video tersebut sering menempati trending video Youtube Indonesia. Pertunjukan dikemas dengan gaya komedi dengan penggunaan beberapa frame dan latar tempat sebagai representasi layar ponsel atau komputer.

Kelompok kedua, yang mendapat kesempatan mementaskan pertunjukannya pada pukul 22.00 WIB sekaligus menutup kegiatan LDKSNT 2019 adalah kelompok yang membawa pertunjukan berjudul “Harta yang Paling Berharga Adalah Keluarga”. Pertunjukan ini secara umum menyoroti dampak besar dan negatif dari keakraban antara manusia dan ponsel di mana manusia sudah bisa melakukan nyaris semua aktifitas kehidupannya di ponsel. Sehingga, bagi mereka, ada kemungkinan suatu hari nanti manusia akan memiliki kekasih, orang tua, teman, dan lain-lain, dalam wujud ponsel. Kedua pertunjukan tersebut sempat disiarkan secara langsung melalui akun Instagram Komunitas Seni Nan Tumpah.

Riski Ramadhan sebagai salah satu anggota baru mengatakan bahwa banyak ilmu yang diperolehnya dari pelatihan ini. “Semoga saya dapat memaksimalkan potensi di KSNT untuk berpartisipasi serta melahirkan karya,” ungkapnya. 



Tiga Hari Pertama untuk Hari-hari Selanjutnya

Mahatma Muhammad menuturkan bahwa kegiatan latihan dasar sudah diselenggarakan Komunitas Seni Nan Tumpah sejak tahun pertama komunitas ini berdiri. Latihan dasar, yang merupakan bagian dari penerimaan anggota baru, bukan hanya sekadar sebuah program pembekalan, namun juga turut menentukan keberlangsungan komunitas. Sebagai sebuah komunitas yang siapa pun bisa terlibat di dalamnya, dalam arti, bukan hanya berdasarkan keterlibatan keluarga, namun didirikan dan dipelihara oleh orang-orang dari berbagai latar belakang, keberadaan program ini sangatlah penting. Orang-orang yang berproses terus berganti, kepengurusan terus berganti, program dijalankan oleh orang-orang yang berbeda, hal tersebut tentu menentukan bagaimana masa depan komunitas ini.

Sejak pertama kali memulai kegiatan di akhir tahun 2009, sudah lebih dari 250 (dua ratus lima puluh) orang yang bergiat di Komunitas yang semula bernama Teater Nan Tumpah ini. Pengalaman dan proses pembelajaran manajemen di KSNT faktanya tidak hanya digunakan dan diterapkan anggota yang sempat tergabung bersama KSNT di dunia seni budaya seperti seniman, sastrawan, penulis atau pegiat literasi dan seni budaya lainnya. Banyak anggota KSNT yang turun ke masyarakatnya dengan pilihan beragam profesi seperti jurnalis, dosen, guru, pegawai bank, pedagang atau wirausahawan, dll, di mana anggota sempat bergabung tersebut mengakui capaian-capaian di dunia kerja tersebut terbantu oleh pengalaman selama berkegiatan di KSNT. 

 

“Saya pikir, tiga hari pertama yang mereka alami di LDKSNT 2019, adalah tiga hari yang akan menentukan bagaimana hari-hari komunitas ini selanjutnya, dan tidak menutup kemungkinan adalah tiga hari yang ikut menentukan bagaimana hari-hari mereka selanjutnya,” tutup Mahatma. []

Post a Comment

0 Comments